.....BLOG INFO.....
Buat Visitor blog Auto Link dapat mengganti tampilan warna blog ini dengan meng-klik widget (WARNA TAMPILAN BLOG) yang telah kami sediakan pada sudut kanan bawah, terima kasih atas kunjungannya
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Purnama Sang Rembulan

Rembulan malam bersinar begitu terang
Menghias tanah yang gersang
Membuat hati kan tenang
Menahan rindu yang terkenang

Rembulan malam begitu indah
Menghibur hati yang lelah
Menentramkan jiwa yang gundah
Merasakan cinta yang terpisah

Ku memang bukan rembulan yang terang
Yang bisa menghibur mata yang memandang
Ku memang bukan rembulan yang indah
Yang bisa menghibur gelisah

Tapi ku punya cinta
Seindah rembulan yang bercahaya

Adakah Kilau Rembulan

Yang Mengapung indah di beranda matamu
adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam
setiap desir luka, serpih tawa, isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa
yang memantul pelan dari dinding hatimu?


Kenangan yang telah dipahat rapi di sepanjang jejak waktu
tak ubahnya seperti gugusan awan bersama selarik bianglala
yang berbaris sepanjang garis cahaya mentari
serta kepak camar riang membelah langit

Harapku, semoga, langkah pasti yang kau tapak kedepan
memberi makna di taman jiwa
bersama selaksa kembang dan kepak kupu-kupu bersayap cemerlang
pada setiap dentang usia
seraya melukis potongan kisahnya di kanvas batin
dan kilau rembulan di beranda matamu
yang membasuh perih, melerai gulita
senantiasa hadir dan mengalir
tanpa henti
di sepanjang selasar hidupmu

Rembulan mengetuk jendela
Menangislah mata akan jumpa
Terbelai luka dalam pangkuannya
Gemilang cahya menyentuh daun daun luruh
Rindumu bukan dosa
Kasihmu tak nista
Lalu apa yang menjadi jerit hati?
Adakah yang lebih santun dari setia?
Rembulan purnama kupandang menghilang
Aku merintih di remang bayang
Meratap

Pilu..

Rembulan menyeka air mata
Angin sendu menyambang senja
Dimanakah tautan warna yang terbilang menuju Satu?

Rembulan berduka
Rembulan terluka
Rembulan tak berkata
Kucium engkau wahai tercinta..
Cahyamu kuselipkan di sukma
Kembalilah pada gemintang
Aku kan menuju terang
Menjadi Amin dalam setiap do’a
Menjadi tawa dalam setiap suka.

Untukmu.

Rembulan berkaca tersedu menyampuli rindu
Rembulan menatap malu
Rembulan merenung
Rembulan tak sanggup menerka jantung

Ah…sekiranya engkau tahu wahai rembulan..
Aku sedang dirundung mendung
Aku sedang mencari bayang
Aku sedang melatih janji
Aku sedang menukar hati
Agar miliknya seperti milikmu jua
Sampai aku terjaga diselimuti cahya.
Terang...

Malam memasung rembulan,
Hingga gerhanalah persada malam
Sedang apakah engkau di seberang,
Manakala sepi menghadang semesta pandang?


Tiada syair terukir,
Tiada bait terakit,
Hanya kata,
yang diceraikan badai,
tak bermakna
Dan pagipun bisu
Tangisi mawar yg pucat layu

….
Di kutubmu rapat terkatup timbunan salju,
Beku pilu hinggap di senyapnya taman itu
Di kuncupmu tercium keanggunanmu
Tersembunyi dalam kelopak keangkuhanmu



Namun engkau tak mungkin sembunyi
Bila mawarmu mekar berbinar
Merangkum senyum mentari pagi

Menyaji wewangi di merah senja
Beriring Ingin mendekap engkau dalam dingin
Namun harap mereka hanyalah angin

Berlalu,
Tiada pernah berlabuh
Dan sungguh kutahu,
Mawarmu hanya untukmu

Tidak ada komentar: